25498974
Ayah
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah halaman: 412 halaman
Rating: 4.15 (via Goodreads)

"Ayah" mengkisahkan kehidupan seorang Sabari sejak kecil hingga menjadi seorang ayah. Kisah persahabatannya hingga cinta pertamanya, lalu kisah perjalanannya dalam memperjuangkan cinta pertamanya hingga akhirnya, Marlena, gadis yang disukainya sejak remaja resmi menjadi istrinya karena sebuah tragedi. Sabari merelakan dirinya menjadi 'tumbal' atas kesalahan yang Lena lakukan sendiri. 

Akhirnya mereka resmi menikah. Namun, cinta dan kesetiaan Sabari tidaklah berjalan mulus. Lena, gadis yang dibesarkan dengan didikan keras oleh ayahnya memiliki sifat pemberontak dan menyukai kebebasan. Tak pernah sekalipun Lena dan Sabari menjalani kehidupan rumah tangga seperti normalnya. Lena yang memang sejak awal hanya terpaksa untuk menikahi Sabari pun, akhirnya melarikan diri setelah ia melahirkan Zorro, anak lelakinya. Lena mencari kebebasan, sementara Sabari dengan sabar membesarkan anak Lena. 

Sifat kebapakannya muncul seketika ia melihat anak lelaki itu tumbuh dan besar dalam pelukannya. Cintanya pada Zorro teramat besar. Setiap malam ada saja rencana yang dipikirkannya untuk membahagiakan Zorro kecil. Sabari senang membawa Zorro bersepeda menuju taman kota, ia bahagia melihat Zorro melambaikan tangan pada siapapun yang ditemui di perjalanan menuju taman kota. Sabari juga amat senang karena ia dapat menceritakan apa yang pernah diceritakan dari ayahnya saat Sabari masih kanak-kanak. Sabari menceritakan kembali dongeng dan melantunkan puisi yang pernah didengarkan waktu ia masih kecil, kepada Zorro.

Hidup Sabari luar biasa sempurna bersama Zorro meskipun pada akhirnya surat gugatan cerai dari Lena sampai ke tangan Sabari. Sabari dengan sabar menyikapi semua masalah dalam rumah tangganya tersebut sambil terus membesarkan dan merawat Zorro sepenuh hati. Namun, lagi dan lagi, cinta Sabari pada Zorro harus mengalami perjuangan besar untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna.

25736858
Novel Hujan Bulan Juni
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Jumlah halaman: 144 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rating: 3.34 (Goodreads)

Novel Hujan Bulan Juni bercerita tentang kisah cinta Sarwono dan Pingkan. Sarwono dengan Jawa yang kental dan Pingkan, gadis campuran Jawa dan Manado, yang lebih bahagia jika dianggap sebagai orang Jawa. Perbedaan tidak hanya terletak pada suku, tapi juga agama yang dianut keduanya. 

Karakter utama ini diceritakan dengan khasnya masing-masing. Sarwono yang tidak tegas, plin-plan dan kurang cekatan, serta Pingkan yang mandiri dan dewasa. Kedekatan keduanya tidak pernah diresmikan oleh Sarwono meskipun keduanya sama-sama mengetahui perasaan mereka saling memiliki. Semua orang juga sudah mengetahui bahwa Sarwono menyukai Pingkan, dan begitu pula sebaliknya. Tapi, lagi-lagi perbedaan suku, keyakinan, adat keluarga dan segala jenis tetek-bengek masalah pemilihan jodoh dan perjodohan menjadi hambatan bagi keduanya untuk mengarahkan perasaan mereka ke dalam suatu hubungan yang nyata dan serius.

Tak sampai di situ, Pingkan dan Sarwono terpaksa harus berjauh-jauhan karena Pingkan harus melanjutkan kuliahnya ke Kyoto. Saat itulah, Sarwono benar-benar terlambat menyatakan perasaannya secara resmi kepada Pingkan dan Sarwono secara terpaksa menyelesaikan hubungan mereka dengan cara yang tidak adil. 

Judul: Just One Year
Penulis: Gayle Forman
Penerbit: Penguin Group (e-book)
Sekuel dari: Just One Day
Tahun Terbit: (Edisi) 2013
Rating: 4.5/5
Willem terbangun dari mimpi buruknya, di rumah sakit, di Paris. Dokter yang mengobatinya mengatakan bahwa ia dibawa oleh polisi dengan dugaan berkelahi. Willem tidak bisa mengingatnya dengan baik. Kepalanya terluka parah, bajunya yang bertuliskan 'SOS' berlumuran darah dan seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Willem mencoba mengingat kejadian-kejadian sebelumnya. Ingatan itu muncul satu per satu, terputus-putus dan dalam bentuk yang samar. Namun, kepalanya semakin sakit. Dokter mengatakan bahwa Willem mengalami gegar otak ringan dan oleh sebab itu Willem mengalami kehilangan beberapa ingatannya yang terbaru. 

Willem berusaha membujuk dokternya agar ia dapat keluar dari rumah sakit tanpa harus menunggu ingatannya kembali sepenuhnya dan menunggu polisi Paris untuk melaporkan kejadian yang tidak bisa diingatnya itu. Dokter mengijikan ia keluar. Willem mengingat beberapa hal dengan samar. Perempuan berambut hitam dengan potongan bob, yang pintar berbahasa mandarin dan menceritakan padanya tentang sebuah kata dalam bahasa mandarin yang artinya 'double happiness'. Tulisan itu ia temukan dalam buku tulis yang ada dalam backpack miliknya. Ia ingat kata itu dituliskan oleh perempuan berambut bob hitam di atas kapal, kemarin saat mereka berlayar di atas kanal mengelilingi kota Paris. Tapi ia tidak ingat sepenuhnya, wajahnya, bahkan nama aslinya. Yang Willem ingat hanya Lulu dan itu sangat tidak membantu.

Lalu Willem kembali ke negara asalnya, Belanda. Ia mencoba mencari sosok Lulu dengan berbagai cara. Berkali-kali menyadari bahwa ia tak mungkin bisa menemukan Lulu hanya dengan beberapa informasi terputus-putus yang tersisa di memorinya. Tapi ia juga tidak sanggup untuk tidak mencari Lulu, sebab Lulu mengubah banyak hal dalam dirinya, dalam hidupnya dan keluarganya. Willem berkelana mencari Lulu hingga ke Meksiko, tempat yang ia ingat pernah diceritakan oleh Lulu sebagai tempat liburan ia dan keluarganya selama tahun baru. Ia tak bisa menemukan Lulu di sana. Merasa kehilangan, Willem pun terbang ke India untuk bertemu dengan ibunya, kembali 'pulang' dan memperbaiki hubungannya dengan ibunya. Willem mengalami banyak hal selama di India. Dan sepulang dari India, ia juga mendapatkan teman baru dan perkerjaan baru sebagai pemain teater untuk drama karangan Shakespare. Segalanya berubah dalam setahun, namun tidak pada keinginannya untuk mencari Lulu. 

Original Title: 窓ぎわのトットちゃん (Totto-chan, The Little Girl at the Window)
Published: May, 15th 1996 by Kodansha (First published October, 1st 1982)

by 
Rating: 5/5

Having eyes, but not seeing beauty; having ears, but not hearing music; having minds, but not perceiving truth; having hearts that are never moved and therefore never set on fire. These are the things to fear, said the headmaster.



Novel Totto-chan menceritakan kisah masa kecil gadis cilik bernama Tetsuko Kuroyanagi (Totto-chan). Totto-chan adalah gadis kecil yang manis dan sangat aktif. Sama seperti anak-anak pada usianya, Totto-chan juga memiliki rasa penasaran yang amat besar. Ia senang mencoba segala sesuatu yang baru ditemuinya, mengungkapkan segala keunikan dari hal-hal yang dilihatnya dan seperti itulah anak-anak. 

Totto-chan sudah memasuki usia sekolah. Di sekolahnya, Totto-chan tidak mengalami banyak kesulitan. Hanya saja, rasa ingin tahu yang besar pada diri Totto-chan membuat semua guru dan teman-temannya di sekolahan menjadi terganggu dan kesal dengan ulahnya. Totto-chan yang masih sangat lugu merasa bahagia ketika mendapati meja yang lacinya dapat dibuka ke atas. Di rumahnya, semua meja memiliki lemari yang harus ditarik ke depan atau ke arah samping, tapi di sekolah itu, Totto-chan memiliki meja dengan laci yang berbeda. Selama jam pelajaran, ia terus menerus membuka dan menutup laci meja belajarnya. Membuka laci meja- mengambil buku - menutup laci meja - membuka lagi - mengambil penghapus - menutup lagi, dan begitu seterusnya. 

Tidak hanya itu, setelah bosan dengan meja barunya, Totto-chan juga memanggil pemusik jalanan yang lewat di sekitar pekarangan sekolahnya. Biasanya, pemusik jalanan tersebut selalu berhenti benyanyi ketika melewati area sekolahan. Namun, hari itu Totto-chan memanggil mereka untuk mendekat dan mengajak seluruh kawan di kelasnya untuk menyaksikan pemusik jalanan tersebut menyanyi dan guru yang sedang mengajar pun terpaksa bersabar lagi menyaksikan jam mengajarnya terganggu oleh Totto-chan.

Setelah pemusik jalanan selesai dan murid-murid lainnya kembali belajar, Totto-chan masih sibuk berdiri di depan jendela. Ia berteriak pada entah-siapa, kata gurunya. Ia terus menerus bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan?". Berulang-ulang, tanpa ada yang menjawab. Karena penasaran, sang guru mendekati jendela tempat Totto-chan berdiri dan berteriak pada entah-siapa itu. Ternyata ia sedang berbicara pada burung-burung yang sedang membuat sarang. Dan atas semua ulahnya itu, Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya.

Mama tidak memarahi Totto-chan karena ia telah dianggap nakal oleh gurunya dan dikeluarkan dari sekolahnya. Mama sangat memaklumi sifat anaknya itu. Lantas, Totto-chan dipindahkan ke sebuah sekolah bernama Tomoe Gakuen di kawasan Jiyugoaka. Sekolah unik dengan gerbang yang berdaun dan berakar, kelas-kelas berupa gerbong kereta api bekas, dan seorang kepala sekolah yang sangat luar biasa. 

Totto-chan sangat bahagia bersekolah di Tomoe Gakuen. Sekolahnya memang tidak besar, namun sangat asri dan unik. Ia juga memiliki banyak teman. Di Tomoe Gakuen, anak-anak dididik dengan cara yang berbeda oleh kepala sekolah, Mr. Kobayashi. Mereka dibiarkan berkembang dalam alam, belajar bersama alam dan membaur dalam alam. Mr. Kobayashi tidak ingin anak-anak didik di Tomoe berkembang sesuai dengan ekspektasi ataupun campur tangan orang dewasa. Anak-anak dibiarkan bebas memilih pelajaran apa yang mereka sukai untuk dipelajari, membiarkan anak-anak bebas berkreasi dengan imajinasi mereka masing-masing, namun tetap mengawasi dan memberikan bimbingan seperlunya. 

Di Tomoe, semua anak dapat mengembangkan minat dan bakat mereka sesuka hati. Anak yang menyukai musik dapat belajar irama dan musik di kelasnya, anak yang menyukai sains dapat pula belajar tentang ilmu sains dikelasnya. Semuanya diserahkan kepada anak-anak didik, mereka yang memilih dan menjalaninya. Mereka diajarkan bertanggung jawab atas segala yang mereka lakukan atau yang mereka pilih. Mereka juga dibiasakan untuk menjadi orang yang bijak, mampu mengalah dari ego mereka demi kebaikan banyak orang, menyayangi sesama manusia tanpa memandang siapa yang lebih dan siapa yang kurang dan mencintai alam serta lingkungan mereka. 

Mr. Kobayashi juga tidak pernah berkata kasar atau memarahi anak-anak didiknya. Ia memperlakukan anak-anak di Tomoe dengan sangat istimewa, tapi tidak memanjakan. Ia membekali anak-anak didiknya dengan kasih sayang layaknya seorang ayah, memberikan kesempatan untuk anak-anak agar bisa mengembangkan keberanian berbicara di depan umum, memastikan anak-anak didiknya mendapatkan gizi yang seimbang dengan asupan makanan yang disebutnya 'sesuatu dari pegunungan dan sesuatu dari laut', dan ia selalu berkata pada Totto-chan yang pernah dikeluarkan dari sekolahnya karena dianggap nakal bahwa, "Kau adalah anak yang benar-benar baik, Totto-chan." Dan dengan semua perlakuan itu, satu per satu anak didik di Tomoe Gakuen telah tumbuh dan kembang menjadi individu yang mandiri, pemberani, percaya diri, cerdas, dan istimewa. 
Penulis : Syahmedi Dean
Penerbit : Gramedia
Terbit : September 2014
Tebal : 224 hlm
Rating: 3.2/5




Pangeran Kertas bercerita tentang Nania, putri semata wayang dari artis terkenal ibu kota. Masalah keluarganya membuat Nania seperti tidak memiliki tempat bercerita, selain dua sahabatnya Lilu dan Deta. Ayahnya terlalu sibuk dengan jadwalnya sebagai artis papan atas dan ibunya yang memiliki emosi labil membuatnya tidak cukup nyaman untuk bercerita apa-apa pada perempuan itu. Nania pun lebih senang mengungkapkan seluruh isi hatinya ke dalam 'buku merah'. Buku merah adalah buku bersampul merah yang ia tuliskan berbait-bait puisi di dalamnya, curahan hatinya. 

Hampir seperti kebanyakan novel metropop lainnya, novel ini juga menceritakan peliknya kisah cinta segitiga antara Nania, Alvan, dan Raka. Alvan yang lebih dulu mengenal Nania, yang selalu ada untuk Nania, melindunginya, menyayanginya dan menerima Nania apa adanya. Dan Raka adalah lelaki yang Nania impikan, yang seperti ia bayangkan dan khayalkan dalam bait-bait puisinya. 

Namun, novel ini tidak seperti ekspektasi awal saya. Ketika membaca judulnya, saya pikir novel ini akan mengangkat kisah fantasi di mana tokoh Pangeran Kertas -Raka- itu hanya imajinasi atau sejenis manusia kasat mata -peri-. Atau, saya pikir Nania jatuh cinta dengan tokoh imajinasinya sendiri, tokoh Pengaran Kertas yang ia 'hidupkan' dalam bayangannya saja. Tapi ternyata diluar dugaan, Pangeran Kertas itu benar-benar ada dan memiliki kesamaan dengan tokoh Nania sendiri. Mereka sama-sama senang menulis puisi, memiliki buku merah, dan memiliki perasaan mendamba yang sama.

Kekecewaan saya hilang karena adanya poin plus-nya. Kisah cinta segitiga yang ditulis oleh Syahmedi Dean di novel ini membuat tebakan saya sejak awal jadi terbantahkan. Seperti biasa, di tengah-tengah novel saya suka menebak-nebak seperti apa endingnya. Siapkah kamu bermain tebak-tebakan? Menebak dengan siapa Nania akan berakhir, bagaimana Alvan atau Raka pada akhirnya? Jawaban dari pertanyaan itu akan membuat perasaan teraduk-aduk di akhir cerita. 

But, novel ini juga mengandung beberapa kutipan dan puisi yang indah. Bersiap-siaplah untuk jatuh cinta dengan bait-bait puisi yang ada di halaman-halaman novel Pangeran Kertas ini, guys!

Tak ada yang lebih cantik ketika bulu mata seorang wanita basah karena air wudu.


Salah satu puisi yang paling bisa membuatku tersenyum-senyum terpesona:

-Senyum-

Mari tanganmu
Biar kutuntun meninggalkan duka
Hatimu cuma bisa berdenyut
Sementara bola matamu sungguh memerlukan pandangan mataku
Coba lihat hujan
Tetes-tetesnya baik untuk kaki kita berdua
Coba lihat tanganmu
Simpan senyumku di situ
Erat-erat


Judul: Looking for Alaska
Penulis: John Green
Penerbit: Speak
Tebal: 221 halaman
Tahun Terbit: (Edisi) 2012
Rating: 4.5/5

The only way out of the labyrinth of suffering is to forgive. -John Green

Novel ini adalah kedua karangan John Green yang saya baca setelah The Fault in Our Stars. Novel Looking for Alaska mencerikana tentang kehidupan seorang remaja lelaki nerd bernama Miles (Pudge) yang suka sekali membaca buku biografi dan menghafal setiap kata terakhir yang dikatakan oleh tokoh tersebut sebelum tokoh itu meninggal dunia. 

Cerita seru Looking for Alaska ini berawal ketika Miles (Pudge) yang merasa tidak memiliki kehidupan yang menyenangkan seperti teman-temannya di Florida memilih untuk pindah ke salah satu boarding school bernama Culver Creek di Alabama. Di sekolah ini, Miles memiliki kawan sekamar bernama Chip (Colonel), lelaki bertubuh kecil dan energetic, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda dengannya. Tidak hanya itu, Chip juga memperkenalkan Miles (Pudge) dengan teman-temannya yang lain. Ada Takumi, remaja lelaki asal Jepang yang juga seorang rapper. Lara, gadis asal Romania yang menyukai Miles sejak awal, dan yang paling bitchy, naughty, crazy, smart, and the gorgeous, Alaska Young. 

Miles (Pudge) mengalami banyak hal yang berbeda selama di Culver Creek. Pertemuannya dengan Chip, Takumi dan Alaska membuat hidupnya menjadi lebih berarti. Ketika bersama-sama, mereka bisa melakukan apa saja. Mereka bisa menjadi diri mereka sendiri, menjadi gila dan menjadi genius dalam waktu yang bersamaan. Mereka bermain bersama, belajar bersama, dan merencanakan prank bersama-sama. Dan di Culver Creek, Miles berhasil mendapatkan The Great Perhaps.

Secara keseluruhan, novel ini menceritakan tentang persahabatan mereka berlima. Namun, untuk kamu yang berharap kisah romantis, jangan terlalu kecewa dan jangan terlalu banyak berharap juga. Looking for Alaska juga memberikan efek-efek romantis dan cerita cinta yang membuat saya sendiri tidak tega menghabiskan buku ini terlalu cepat. Dan jelas, seperti novel TFIOS sebelumnya, Looking for Alaska sukses membuat emosi pembaca tercampur aduk. Setiap tokoh juga memiliki karakter dan sifat yang khas dan unik. Sekali lagi, John Green memang pandai menghidupkan tokoh-tokohnya. Kita seperti merasakan apa yang dirasakan di tokohnya, melihat apa yang dilihat tokohnya dan ikut terbawa dalam cerita, seolah-olah kita adalah si tokoh 'Aku' dalam ceritanya. 

Well, novel ini juga memiliki banyak kutipan-kutipan yang menarik. Ending cerita? Tidak akan seperti-yang-saya-atau-kalian-coba-bayangkan. Kalian akan dibawa berputar-putar dalam novel ini, ikut mencari kata kunci di setiap masalah yang ada, terbawa suasana gembira, menegangkan, haru dan tadaa! Novel Looking for Alaska: 4.5/5! 

At some point, you just pull off the Band-Aid, and it hurts, but then it's over and you're relieved.

Previous PostOlder Posts Home